Jumat, 14 Mei 2010

Berlari Di Bawah Anugrah


Anugrah itu kembali turun, dari pagi dini hari, menjelang malam tiba dia tak berhenti. Seakan letih tidak pernah menghampirinya. Semangat untuk membasahi bumi pertiwi ini seakan tak pernah luntur. Bumi pun seakan tak kuasa untuk menolak anugrah itu. Ya, dengan senang hati menerima rintikan-rintikan yang jatuh dari langit. Menerima dengan penuh keikhlasan adalah jalan terbaik, walaupun dampak dari semua itu sudah terlintas di benak ini, mau bagaimana lagi, yang namanya jalan yang sudah ditetapkan harus dijalani. Mau hujan lebat, banjir bandang atau apalah namanya, yang penting harus dihadapi.

Ruang sebesar 4x6 itu selalu menemani ku pagi ini. Menjelang keberangtan ku menuju kampus, hujan seakan tak berhenti turun. Dari detik ke detik, menit ke menit, bahkan dari jam ke jam aku berharap agar hujan berhenti agak sebentar. Namun apalah daya, segala upaya sudah di kerahkan. Hasilnya tetap saja tak ada.

Cuma satu benda yang bisa menyelamatkan ku pagi itu, mantel, yap mantel ku. Tapi sayang, mantel ada di kampung. Mantel ku dipinjam adik ku saat pulang kampung beberapa hari yang lalu. Jalan terakhir yang harus ku tempuh adalah menunggu hujan agak sedikit reda. Do'a ku pun sepertinya di dengar Allah, 10.30 hujan mulai agak reda. Ku raih tas laptop ku yang tersandar di kursi tua itu, ku sandangkan ke punggung yang masih setia menunggangi tas hitam dekil itu. Dibawah guyuran anugrah itu aku membawa lari bebek ber mesin ku dengan kecepatan yang cukup kencang.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

aku juga akan berlari mengejarnya :-D

Anonim mengatakan...

salam kenal bang
sekarang2 emang lagi musim hujan ya
tapi harus bersyukur tetep
mungkin dibelahan bumi lain tak dapat air hujan sehingga mengakibatkan kekeringan

oiya, punten.. izin ngelink blognya
hatur nuhun ^^

JOE BOED mengatakan...

@ dykapede : syukurlah kalau bgt . .

@ hitamputihjingga : salam kenal balik, yap kita mang harus bersyukur, karena tu anugrah bagi kita . . .